100 taon Hari Kebangkitan Nasional


Sehabis magrib kemarin malam, aku dan mas Yus pergi ke Batu, niatnya sih pengen menyelesaikan beberapa hal. tapi ternyata niat berrangka ke batu malam itu berbuah cerita gambleh yang akan kuceritakan ini.
yaitu pas lewat depan hotel Kartika Wijaya, kok banyak mobil diparkir, dan sepeda berjajar-jajar gak seperti biasanya, secara apontan aku menyetop laju sepeda.
"sek sam, bentar mas. kemarin aku lihat spanduk akan ada orasi budaya yang datang Si burung merak Ws Rendra dan pak Hasyim Muzadi. kayaknya acaranya ini deh"
lalu, cling!!
begitu saja langsung konek mas Yus ini, dengan tanpa ba bi bu lagi kami parkir sepeda, dan berlagak undangan. urusan Romli (rombongan liar) me-romli ini sudah sepertinya sangat berpengalaman saja, kalau boleh di bilang, kami ini sudah romli profesional. tanpa rencana panjang lebar, gak usah pikir undangan, dicegat sekuriti atau apalah. yang penting masuk gitu aja. dan ternyata memang bisa masuk halangan dan rintangan, malah dapat sambutan.
itu tadi cerita prolognya saja, intinya adalah kemarin itu ada acara Orasi budaya dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional : Kau, Aku Bersama warnai dunia. yang berorasi
adalah:
WS Rendra (Penyair Nasional dengan Julukan Si Burung Merak),
Dato Sri Anwar Ibrahim (Tokoh Malaysia yang katanya calon Perdana Menteri)
Kyai H. Hasyim Muzadi (Ketua PBNU)
Buya Syafi'i Ma'arif (Tokoh Muhammadiyah)

cerito gambleh cap opo maneh iki?
meski dengan agak gagu, aku sudah lama sekali gak ikut forum diskusi yang seserius ini, yang dibahas negoro, ummat, rakyat, masa depan bangsa. wuihhh. saya coba merekam apa saja yang di bahas oleh para tokoh itu kemarin malam.

WS Rendra
namanya saja penyair yang pasti WS Rendra berpuisi, puisi yang panjaaaang sekali, lebih panjang dari makalah mahasiswa-mahasiswa amatir yang baru semester 2 an. isi nya hukum harus ditegakkan, dan hukum adat sebagai kebijaksanaan lokal harus di lindungi. bukan di tindas dan diberangus dengan hukum negara. itu saja yang dapat saya tangkap, padahal Rendra pada saat itu mampu menguraikan idenya dengan sair yang mendayu-dayu, menjlentrehkannya se jlentreh-jlentrehnya. saya ingat ingat satu bait sairnya akaya gini

melalui puisi ini aku bersaksi

bahhwa rakyat di negeri ini
masih belum merdeka

Buya Syafi'i Ma'arif
Kalau beliau ini intelektual yang bener-bener intelek. orasinya sangat bermutu sampe bikin saya ngelu mendengarnya. barangkali kalau saya profesor baru saya dapat mudeng apa maksud beliau, yah maklumlah, antenenya kurang tinggi.

wah kok sudah siang, aku selat nang endi-endi
post nya kapan-kapan diterusin maneh
sori yaa